Bisnis.com, SOLO - Nama Vladimir Putin sebagai sosok yang menghargai perempuan kemungkinan akan tercoreng setelah salah satu tawanan wanita Ukraina buka suara.
Menurut tawanan wanita tersebut, ia diperlakukan tidak pantas oleh anak buah Vladimir Putin yang bertugas selama menjadi tawanan perang Rusia dari Ukraina.
Pada bulan Mei, perawat militer Ukraina berusia 26 tahun Viktoria Obidina terpaksa berpisah dengan putrinya karena harus menjadi tawanan perang.
Dalam kesaksiannya, Obidina mengatakan bersyukur anaknya tidak ditahan di kamp penahanan Rusia seperti dirinya. Sebab di sana, para tahanan diperlakukan tidak sepantasnya.
“Mereka bisa saja menyiksa saya di dekatnya atau bisa saja menyiksanya untuk membuat saya melakukan sesuatu,” dia menjelaskan tanpa basa-basi.
“Mereka” yang dimaksud oleh Obidina di sini adalah prajurit Rusia dan separatis pro-Rusia yang menginterogasinya dan sekitar 1.000 orang Ukraina yang muncul dari Azovstal.
Baca Juga
Tahanan perang lainnya, Inga Chikinda, yang merupakan seorang marinir kelahiran Lithuania mengatakan jika dirinya sempat kelaparan selama ditahan.
“Ada kalanya kami kelaparan. Kami tidak diperlakukan sebagai manusia," katanya.
Selain fisik, para tahanan wanita ini juga dilarang melakukan berbagai kegiatan yang ada hubungannya dengan non-Rusia. Termasuk soal menonton TV.
Para separatis ini diklaim membatasi informasi para tahanan dari outlet berita non-Rusia dan kontak apapun dengan kerabat dan pejabat Ukraina.
“Kami berada dalam kekosongan informasi,” Tetiana Vasylchenko, seorang pemegang buku yang menjadi paramedis yang ditangkap di Mariupol pada awal Maret, mengatakan pada konferensi pers di Kyiv, Rabu.
“Mereka senang mengatakan, 'Ukraina tidak menginginkanmu. Tidak ada yang ingin menukar kamu dengan apapun,'” katanya.